BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

maafkan saya bu...

hari itu terlihat biasa. gak ada sesuatu yang bikin perasaan naik ke level paling tinggi dan gak ada sesuatu yang bikin perasaan tersebut jatuh ke base paling bawah. semua terlihat biasa. guru masuk, memberikan materi pelajaran, menjelaskan materi itu.

kelas hening.

semua diam. anak-anak sekelas diam. dan gue, gue sibuk menyelesaikan tugas bahasa inggris yang bakal di kumpul setelah bel keluar sekolah ber-bunyi. iya, cuman gue. anak remaja terbodoh yang di miliki SMA N 3 GORONTALO. pertama gue masuk sekolah ber-tingkat internasional (ceillehh..) ini. gue sempet berpikir. "apa sekolah ini bener-bener mau menerima alien siswa seperti gue ? yang bisanya cuman nge-blog-blog-blog dan tanpa kata BELAJAR di otak gue." hidup manusia di tentukan oleh yang kuasa.

kembali ke kelas.

semua masih tetap di posisi tadi. MEMPERHATIKAN. mungkin  guru yang pada waktu itu mengajar di kelas gue, menjadi merasa berguna. bagaimana tidak ? semua siswa memperhatikan. mungkin yang ada di pikiran dia saat itu "alhamdulillah, akhirnya alien - alien siswa-siswa ini bisa berubah juga. sekarang mereka jadi anak yang suka memperhatikan. saya merasa berguna menjadi seorang guru".
mungkin semua siswa memperhatikan. tapi yang dia gak tau, mungkin pikiran mereka melayang. tidak tertuju dengan apa yang guru itu jelaskan. bisa saja temen gue si zet (unta arab), sedang memikirkan gimana dia bisa pulang ke arab lagi dan menjual susu unta. bisa saja temen gue si sahrul (jerapa banci), sedang memikirkan tentang penyakit kelebihan hormonnya yang membuat dia mempunyai tinggi yang.. waww ! Banget menurut gue.

gue tetep nulis. dan di sinilah, perasaan itu jatuh ke base paling bawah. saat gue nulis unutk nomer terakhir dari tugas bahasa inggris itu, tiba-tiba ... dan tiba-tiba musibah datang menimpa gue, dan tugas bahasa inggris gue. temen gue dengan (pura-pura) gak sengaja, menyenggol truk  tronton tangan gue yang sedang asik menulis dengan tulisan yang indah (hoekk !). parahnya, mata pulpen itu ... mata pulpen itu pas berada di tugas yang gue buat dengan susah payah. alhasil, terbentuklah garis besar mengiasi tulisan-tulisan gue.
panik !
bingung !
takut !
semua perasaan campur aduk. dan dengan kesesalan, gue teriak dengan tak senonoh.... "ANJING !" teriak gue dengan spontan.

hening.

semua siswa ngeliatin muka gue yang kayak (mungkin) brad pit. gue yang tadinya nulis, sekarang jadi balik melototin anak-anak yang dari tadi dengan seriusnya ngeliatin muka gue yang (mungkin) kayak brad pit itu. intinya, bagian pantatnya brad pit.  dengan berhati-hati .. dan sangat lebih berhati-hati layaknya seseorang yang memiliki muka emas, gue merunduk. semua perasaan panik, bingung, takut yang sebelumnya memuncak. kini reda dengan perlahan-lahan. gue menghembuskan nafas.
dan belum 100% perasaan gue kembali normal, guru itu teriak "keluar kamu adit". semua kaget. gue kaget. "atau saya tampar mulut kamu yang kurang ajar itu yang sama dengan mulut anak pasar!" sambung nya. yah ! nasip-nasip.. udah sepantasnya gue di samain sama anak pasar. gue cuman bisa diem. semua juga cuman bisa diem. dan dari sini lah, kuping gue menjadi tebel, cadas, mantep dengan mendengarkan suara merdu dari cemoohan sang guru killer. guru itu ngomong panjang lebar yang tidak ada satu pun masuk ke telinga gue. gue cuman bisa diem. cemoohan terakhir dari dialah yang bikin gue shok. shok setengah mati. mungkin bentar lagi bakal jadi ... shok mati. dia bilang "kau adit, cari guru ekonomi lain yang mau mengajarkan kau dengan mulut mu yang kayak anak pasar itu". sekali lagi ladies and gentlemen, gue di samain sama anak pasar. dan sekali lagi, ini nasip. gue berdiri, beranjak dari tempat gue semula duduk. gue berjalan ke arah guru itu. "maafkan saya bu... " kalimat yang terlontar dari mulut sang anak pasar (baca:gue). " tiada maaf bagimu" kalimat yang terlontar dari mulut sang guru. memang terdengar agak.. (so sweeth), tapi percayalah. ini yang terjadi.

mulai dari kejadian itu, kemanapun dia pergi dan apapun yang guru itu lakukan, gue pasti rela berdiri mendampingi guru itu dan selalu setia mengucapkan .. "maafkan saya bu..".

dengan usaha ini, dengan kesetiaan gue menemani ibu .. maka, "MAAFKAN SAYA BU.. "

0 comments: